Home » Kehidupan » Anak Anak » 9 Dampak Broken Home terhadap Anak

9 Dampak Broken Home terhadap Anak

by Maya Tita Sari

Mempunyai keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang merupakan kebahagiaan tak terkira bagi seorang anak. Karena selain menjadi tempat paling nyaman untuknya berbagi cerita serta kebahagiaan, keluarga juga menjadi tempat pembentukan karakter yang pertama dan utama bagi mereka. Sehingga baik buruknya perilaku anak lebih banyak dipengaruhi oleh hasil didikan orang tuanya.

Bagi orang tua, kehadiran seorang anak merupakan amanah besar dari Tuhan kepada hamba yang telah dipercayai-Nya. Dengan demikian, menjaga mereka dengan sebaik-baiknya merupakan kewajiban mutlak bagi setiap orang tua. Salah satunya ialah dengan menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga agar anak-anak mereka bisa mendapatkan apa yang telah menjadi haknya.

Akan tetapi, sayangnya tidak semua keluarga bisa memenuhi harapan tersebut. Banyak juga keluarga yang awalnya baik-baik saja kemudian menjadi berantakan seiring munculnya permasalahan dalam rumah tangga mereka. Hal ini ditandai dengan mulai sering terjadinya pertengkaran orang tua, hubungan keluarg yang tidak lagi harmonis, hingga berakhir denga perceraian atau bahkan penelantaran anak. Broken home menjadi istilah umum yang banyak dikenal untuk menyebut keadaan ini.

Dengan berbagai latar belakang yang menjadi penyebab terjadinya broken home tersebut, anak selalu saja menjadi pihak yang paling dirugikan. Baik dari segi jasmani maupun psikis mereka. Berikut adalah beberapa dampak broken home terhadap anak :

  1. Kekurangan kasih sayang

Ketika sepasang suami istri tidak lagi memiliki hubungan yang harmonis, maka sangat mungkin jika kemudian keegoisan dari masing-masinglah yang diutamakan. Jika hal ini tidak segera dicarikan jalan keluar, maka perhatian kepada anak yang akan dikorbankan. Meski sebagian orang tua yang mengalami broken home mengetahui apa yang seharusnya ia berikan kepada anaknya, namun karena ego terhadap pasangan ia menjadi enggan melakukannya.

  1. Rentan menderita gangguan psikis

Akibat seringkali berada dalam tekanan, kondisi  psikis anak juga kerapkali mengalami gangguan. Seperti ia selalu cemas, mengalami ketakutan, merasa serba salah dan terjepit diantara kedua orang tuanya, selalu bersedih dan murung.

  1. Membenci orang tuanya

Dengan kondisi mental yang masih sangat labil, seorang anak bisa jadi akan membenci ayah, ibu, atau bahkan kedua orang tuanya saat terjadi broken home. Ia belum bisa memahami dan menerima apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga ia akan menganggap semua yang terjadi adalah kesalahan salah satu atau kedua orang tuanya.

  1. Permasalahan moral

Ketika seorang anak yang sedang berada pada masa perkembangannya selalu dihadapkan pada pertengkaran-pertengkaran orang tua mereka, maka secara tidak langsung akan membentuk kepribadiannya menjadi keras dan kasar. Seiring berjalannya waktu, ia juga akan terbiasa melakukan tindakan-tindakan seperti apa yang sering ia lihat dari orang tuanya ketika mereka bertengkar, seperti berlaku kasar, temperamental, bertindak sebagai trouble maker di kelas maupun teman sepermainan, bersikap acuh tak acuh, memberontak, berperilaku tidak sopan kepada orang yang lebih tua dan lain sebagainya.

  1. Mudah mendapat pengaruh buruk lingkungan

Saat rumah tidak lagi terasa nyaman, seorang anak akan berusaha mencari tempat lain untuk saling berbagi maupun menghibur diri. Pada kondisi seperti ini, biasanya lingkungan teman sepermainan sering menjadi tujuan mereka. Dan jika lingkungan tersebut tidak baik, maka akan sangat mudah bagi seorang anak untuk terpengaruh hal-hal yang menyimpang.  Misalnya mulai mencoba merokok, berjudi, minum-minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, bahkan menjajal seks bebas atau pergi ke tempat pelacuran sebagai pelarian baginya untuk mendapat kebahagiaan. (baca : cara menghindari pergaulan bebas)

  1. Tidak mudah bergaul

Kebalikan dari poin sebelumnya, anak dari keluarga broken home juga tidak sedikit yang cenderung lebih menutup diri. Anak-anak tersebut cenderung marik diri dari pergaulan karena merasa rendah diri. Dengan kurangnya perhatian dari orang tua, ia menjadi tidak terbiasa untuk mengekpos diri atau sekedar berbagi cerita, sehingga ia akan merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya ia akan menjadi takut untuk mengenal orang lain. Sebab lain ialah ia akan malu serta minder jika teman-temannya tahu keadaan keluarganya yang berantakan, ia juga khawatir jika nantinya mereka akan menjauh dan mengucilkannya.

  1. Tidak Berprestasi

Dampak lain ketika seorang anak menjadi korban broken home ialah ia sering mendapat masalah dalam hal sekolah akademiknya. Permasalahan yang ada dalam rumah akan membuatnya malas belajar. Pertama bisa jadi karena suasana rumah yang tidak lagi kondusif untuk belajar akibat sering adanya pertengkaran, atau karena tidak adanya support orang sekitar yang membuatnya merasa tidak ada yang harus dibanggakan sehingga tidak perlu susah payah untuk mengukit prestasi. Hal ini tentu saja berbeda dengan anak-anak yang berasal dari keluarga utuh yang cenderung memiliki motivasi lebih tinggi dari mereka.

  1. Kedangkalan spiritual

Penanaman pondasi agama akan baik jika dimulai sejak masih anak-anak, tetapi pada keluarga broken home anak-anak tersebut seringkali kehilangan kesempatan itu. Orang tua yang seharusnya menjadi sekolah agama pertama bagi mereke ternyata tidak menjalankan peran mereka sebagaimana mestinya. Sehingga karena anak-anak tersebut tidak dibekali dengan nilai-nilai agama yang kokoh, maka akan sangat mungkin jika nantinya mereka akan kesulitan dalam menyikapi berbagai permasalahan akibat tidak dipunyainya pedoman hidup yang bisa mengarahkan.

  1. Hak-hak fisik yang tidak terpenuhi

Selain berdampak pada psikologis mereka, broken home juga sering menyebabkan seorang anak tidak terpenuhi haknya secara jasmani. Tidak adanya perhatian khusus dari orang tua, akan membuatnya tidak mendapatkan kebutuhan-kebutuhan pokok yang seharusnya ia terima. Mulai dari tidak tercukupinya gizi serta nutrisi selama masa pertumbuhannya, kebutuhan pakaian dan mainan, hingga tidak terpenuhinya keperluan di sekolahnya.

Penyebab Broken Home

Beberapa penyebab yang seringkali menjadi pemicu terjadinya broken home ialah;

1. Perceraian – Baik berpisah dengan diawali perseteruan maupun dengan cara baik-baik, peceraian masih akan membawa dampak yang kurang baik bagi psikologi anak. Mengetahui bahwa orang tuanya tidak lagi bisa bersama merupakan kekecewaan tersendiri bagi mereka. Terlebih bagi mereka yang setelah terjadinya perceraian hubungan antarkeluarga justru semakin renggang.

2. Orang tua yang tidak dewasa – Ketidakdewasaan orang tua dalam menyikapi berbagai permasalahan seringkali menjadi penyebab terjadinya broken home. Padahal adanya permasalahan dalam rumah tangga merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Sehingga jika tidak disertai dengan sikap dewasa, bisa jadi setiap adanya masalah yang menghampiri justru akan menjadi ujung tombak keretakan rumah tangga mereka.

3. Orang tua yang kurang bertanggung jawab – Setiap pernikahan tentu saja membutuhkan adanya tanggung jawab yang besar baik bagi suami maupun istri. Mulai dari terpenuhinya nafkah, merawat rumah, membesarkan anak, mengatur pengeluaran rumah tangga dan lain sebagainya selalu menuntut adanya kerja sama serta tanggung jawab besar bagi setiap pasangan. Sehingga jika ada salah satu pihak saja lalai dari tanggung jawabnya, maka keharmonisan rumah tangga tentu akan bemasalah.

4. Kurangnya nilai-nilai agama – Pada dasarnya semua agama mengajarkan kebaikan termasuk kepada keluarga. Sehingga,  jika seseorang telah benar-benar memegang teguh pada nilai agama, maka tidak mungkin baginya untuk berlaku buruk pada keluarganya. Sebaliknya, ketika nilai-nilai tersebut kurang atau bahkan sama sekali tidak ada, maka akan dengan mudah bagi seseorang untuk berlaku buruk pada sesame, meskipun itu keluarganya.

5. Permasalahan ekonomi – Perekonomian rumah tangga yang tidak stabil seringkali memicu terjadinya perselisihan antara suami istri. Jika masalah ini tidak segera diseleseikan serta tidak disikapi dengan bijak, maka tentu saja dapat mengancam keutuhan rumah tangga mereka.

6. Hilangnya keharmonisan rumah tangga – Suasana rumah tidak lagi nyaman jika keharmonisan di dalamnya telah berkurang atau bahkan sudah tidak ada. Kesibukan orang tua, atau adanya orang ketiga juga kerap menjadi alasan seseorang tidak bisa lagi mempertahankan rumah tangganya.

Mengatasi Dampak Broken Home pada Anak

Namun jika memang broken home telah menimpa keluarga kita dan  melibatkan anak-anak, maka ada baiknya jika kita segera melakukan pendekatan kepada mereka untuk mengurangi dampak lebih lanjut yang tidak diinginkan. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah;

  • Segera menyelesaikan permasalahan yang menjadi penyebab broken home
  • Memperbaiki serta menjaga komunikasi terhadap anak agar tetap lancar dan kondusif
  • Berusaha membuat mereka nyaman sehingga anak bisa lebih terbuka mengenai segala sesuatu yang sedang ia rasakan atau alami
  • Meminta maaf kepada mereka dan menjelaskan bahwa hal itu tidak akan terjadi lagi
  • Menjelaskan bahwa keadaan tersebut bukan salahnya sehingga ia tidak merasa serba salah
  • Memberi pengertian bahwa ia akan tetap baik-baik saja meski orang tuanya tidak lagi bersama
  • Tidak membatasi pertemuan anak dengan ayah/ibunya
  • Mulai mengarahkannya kepada perilaku-perilaku positif secara perlahan
  • Memberikan pendidikan agama sebagai dasar perilaku normatif
  • Mengisi kegiatan luang mereka dengan hal-hal baru yang produktif dan menyenangkan agar dapat tersalurkan bakatnya
  • Memilihkan lingkungan sekolah maupun keseharian yang baik bagi anak serta mengawasi pergaulan mereka dengan sebaik-baiknya
  • Meminta pertolongan psikolog anak jika dianggap perlu

Baca juga artikel cinta lainnya :

You may also like