Home » Kehidupan » Keluarga » 7 Cara Mendamaikan Keluarga yang Bertengkar

7 Cara Mendamaikan Keluarga yang Bertengkar

by Maya Tita Sari

Usaha untuk menyatukan perselisihan antar manusia adalah perbuatan yang sangat mulia di dalam agama. Apalagi jika konflik atau perselisihan tersebut terjadi di dalam keluarga. Anggota keluarga sudah selayaknya hidup berdampingan dengan rukun dan saling mengasihi. Namun, karena seringnya waktu kebersamaan, bukan tidak mungkin di dalam sebuah keluarga terjadi sebuah perselisihan yang berakibat pada perpecahan. Konflik dalam sebuah keluarga harus ditangani dan diselesaikan dengan baik dengan beberapa cara menghadapi masalah keluarga agar kebersamaan dan kesatuan sebuah keluarga tidak terpecah. Bahkan Rasulullah bersabda yang artinya:

“Setiap sendi yang terdapat pada tubuh manusia harus diberi sedekah. Setiap hari di waktu matahari terbit, kamu mendamaikan dua orang (yang bersengketa) termasuk sedekah. Kamu membantu seseorang menaiki tunggangannya atau menaikkan barangnya ke atas tunggangannya juga termasuk sedekah. Perkataan yang baik, juga merupakan sedekah. Setiap langkah untuk melakukan salat juga sedekah. Begitu juga dengan menyingkirkan hal-hal yang membahayakan (pejalan) di jalanan juga merupakan sedekah.” (H. R. al-Bukhari, Muslim).

Dalam sabda Rasulullah di atas dijelaskan bahwa mendamaikan dua orang yang berselisih termasuk sedekah. Karena itulah, jika di dalam keluarga terjadi pertengkaran, maka sebaiknya kita bisa menjadi penengah untuk turut menyelesaikan masalah.

Adapun beberapa Cara Mendamaikan Keluarga yang Bertengkar adalah:

1. Duduk Bersama

Langkah pertama untuk mendamaikan keluarga yang bertengkar adalah dengan duduk bersama. Mempertemukan kedua pihak yang berselisih paham akan membantu Anda untuk mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Kedua belah pihak juga bisa menyatakan masing-masing masalah yang dirasakan dan sambil mencari cara menghadapi masalah yang berat.

2. Bicarakan Apa yang Anda Rasakan

Katakanlah kepada kedua belah pihak tentang apa yang Anda rasakan akibat konflik dari kedua belah pihak. Bagaimanapun konflik tidak akan memberikan dampak positif, terutama jika konflik tersebut terjadi di dalam keluarga. Dengan mengetahui akibat yang ditimbulkan akibat konflik, diharapkan pihak yang berseteru akan instropeksi diri dan berusaha untuk menekan ego masing-masing.

3. Bersikap Netral

Sebagai penengah, Anda harus bersikap netral dan tidak boleh memihak salah satu dari kedua pihak yang berkonflik. Dengarkanlah cerita atau duduk perkara dari masing-masing pihak kemudian lihatlah dari sudut pandang masing-masing kedua pihak yang berkonflik. Konflik di dalam sebuah keluarga umumnya terjadi di antara orang dewasa. Biasanya hal tersebut terjadi karena ada kesalahpahaman di antara keduanya. Dengan duduk bersama, kedua belah pihak akan memahami saling bertukar cerita mengenai duduk perkara yang sebenarnya.

4. Ajaklah untuk Bertukar Posisi

Bertukar posisi maksudnya meminta si A untuk mengumpamakan berada di posisi si B dan juga sebaliknya. Dengan begitu, masing-masing pihak akan berusaha untuk memahami kesalahan masing-masing. Dalam sebuah konflik tidak ada pihak yang benar dan pihak yang salah. Meskipun konflik dimulai oleh satu pihak, namun karena tingginya keegoisan masing-masing pihaklah konflik akan semakin memburuk. Dengan kata lain, kedua belah pihak yang berkonflik adalah orang sama-sama bersalah karena tidak bisa menurunkan egonya masing-masing.

5. Kendalikan Emosi

Dalam menyelesaikan sebuah konflik bisa jadi Anda juga akan terbawa emosi. Sebagai penengah, jangan sampai Anda terpancing emosi yang justru akan memperkeruh keadaan. Jadilah pihak yang dapat mendinginkan kedua belah pihak dan memiliki cara meredam emosi. Kemudian, dengarkanlah pendapat masing-masing pihak dan berikan nasihat kepada keduanya tanpa bersifat menghakimi.

6. Menyelesaikan Permasalahan

Setelah kedua belah pihak menyatakan masing-masing pendapatnya, Anda dapat menimbang dan memikirkan penyelesaian masalah yang paling tepat dan yang terpenting tidak memihak salah satu pihak. Nyatakan pendapat dan juga jalan keluar paling tepat menurut Anda. Bila perlu, Anda dapat melibatkan anggota keluarga lain yang sifatnya mampu menenangkan keadaan. Dengan memberikan pendapat Anda, selanjutnya kedua belah pihak diharapkan dapat saling instropeksi diri terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh masing-masing pihak dan memiliki cara menenangkan hati dan pikiran.

7. Meminta Maaf

Jika kedua belah pihak sudah menyadari masing-masing kesalahannya, selanjutnya adalah tahap mendamaikan keduanya. Mintalah mereka untuk saling memaafkan satu sama lain. Bila perlu Anda bisa memulai dengan meminta maaf terlebih dahulu.

Meskipun mungkin Anda tidak melakukan kesalahan, namun minta maaflah jika mungkin Anda tidak bisa menjadi penengah yang baik. Dengan cara seperti itu, Anda sama saja memberikan teladan kepada pihak yang berkonflik untuk menurunkan egonya masing-masing. Pihak yang berkonflik bisa jadi akan merasa malu jika tidak mengalah dan minta maaf. Kunci utama menyelesaikan konflik adalah dengan mengalah atau dengan kata lain menurunkan ego masing-masing.

Berkonflik tidak akan menimbulkan dampak positif apapun, justru akan menimbulkan perpecahan di dalam keluarga. Agama mengajarkan agar manusia hidup dalam kedamaian. Hal tersebut juga sesuai dengan firman Allah swt dalam Q.S. Al Maidah ayat 2 yang artinya “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Selain itu, ada pula hadist yang memiliki makna hampir sama dengan firman Allah swt tersebut, yaitu “Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal ikatan kasih sayang di antara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit maka anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakit itu, dengan tidak dapat tidur dan merasa demam.” (H. R. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Tips menghindari  konflik dalam keluarga

Untuk menghindari konflik, maka sebagai manusia yang hidup dalam sebuah keluarga maupun dalam kehidupan bersosial, maka kita harus menurunkan ego dan juga menghindari hal-hal yang mungkin dapat memicu konflik itu terjadi. Konflik antara dua pihak biasanya terjadi karena hal-hal berikut:

  • Perbedaan pemahaman antara kedua belah pihak. Setiap orang memiliki pola pikir yang berbeda satu sama lain. Perbedaan pemahaman adalah hal yang sangat wajar terjadi pada setiap orang karena perbedaan pola pikir. Akan tetapi, perbedaan pola pikir tersebut tentu tidak akan menjadi masalah ketika antara satu orang dengan orang yang lain mampu menyamakan persepsi meski dengan cara yang berbeda.
  • Konflik terjadi karena perbedaan pribadi. Setiap orang memiliki sifat dan tempramen yang berbeda Kondisi tersebut menuntut kita untuk memahami satu sama lain agar masing-masing orang tidak mengutamakan ego masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan.

Hal-hal tersebut bisa menjadi karakteristik setiap orang yang akan memicu terjadinya perselisihan, baik di dalam keluarga maupun dalam kehidupan sosial. Pada dasarnya, untuk mencegah konflik, setiap orang dituntut untuk selalu bisa memahami orang lain dan berusaha untuk menurunkan egonya masing-masing. Memaafkan juga menjadi kunci untuk menyelesaikan permasalahan dan menciptakan kedamaian bagi pihak yang bertengkar.

Baca juga artikel cinta lainnya :

You may also like