Home » Kehidupan » Anak Anak » 6 Tips Cerita yang Baik Untuk Anak

6 Tips Cerita yang Baik Untuk Anak

by Maya Tita Sari

Membuat cerpen anak itu sulit! Begitu komentar seorang penulis cerpen remaja yang belum terbiasa menulis cerita anak saat ditantang membuat cernak sepanjang 500 kata. Biasanya jemari sang Penulis menari lincah saat menekan keyboard komputer, dan dalam beberapa menit cerpen remaja karyanya sukses ia selesaikan. Akan tetapi kenapa membuat cerpen anak terasa sulit baginya? Padahal dalam cerpen remaja jumlah katanya terbilang jauh melampaui cerpen anak.

Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan agar bisa membuat cerpen dan dongeng yang disukai anak-anak, Berikut adalah tips cerita yang baik untuk anak :

  1. Perbanyak referensi cerita dan dongeng. Untuk membuat cerpen atau dongeng yang baik, kita perlu banyak membaca. Bacalah cerita-cerita yang ada di majalah anak atau buku-buku karya penulis yang sudah lebih dahulu terjun ke dunia tulis menulis cernak. Semakin banyak referensi, kita akan semakin tahu, seperti apa, sih, cerita yang laris manis di pasaran? Seperti apa dongeng yang menarik bagi anak? Kita akan menemukan jawabannya.
  2. Pelajari karakter cernak dan dongeng yang ada. Masing-masing penerbit punya karakter yang berbeda-beda. Ada penerbit yang khusus menerima kiriman cerita anak misteri, ada pula yang lebih suka tema persahabatan. Kita akan bisa mengira selera media sasaran kita dengan membaca cerita yang telah diterbitkan oleh penerbit tersebut. Sebagai contoh, jika ingin dongengmu dimuat di majalah Bobo, maka banyak-banyaklah membaca majalah Bobo. Bila ingin cernakmu muncul di halaman majalah Girls, baca cerita yang sudah pernah dimuat oleh Girls.
  3. Jadilah anak-anak! Bukan berarti kita kekanak-kanakan, lho. Yang dimaksud menjadi anak adalah membayangkan apa yang terjadi jika kita berada diposisi anak-anak. Apa yang akan kita lakukan? Ketika melihat suatu benda yang asing, apa yang ada dalam benak kita sebagai anak? Banyaklah mengamati perilaku anak di sekitar kita. Adik, sepupu, anak tetangga, lihat apa yang mereka lakukan. Dengar bagaimana cara mereka berbicara.
  4. Pemilihan kata (diksi) yang sederhana dan dimengerti anak.
  5. Gunakan kalimat efektif dalam cerita dan dongeng. Jangan sering mengulang kata atau kalimat. Ini akan menimbulkan kejenuhan dan membuat anak malas membaca dongeng atau cerita karya kita. Cari kata yang berbeda, tapi punya makna yang sama. Tujuannya untuk menghindari kebosanan pembaca cilik.
  6. Jangan menggurui. “Jadi, kamu harus rajin belajar agar pintar.” Atau “Buanglah sampah pada tempatnya, biar tidak banjir.” Dua kalimat ini, kurang tepat apabila kita jadikan bagian cerita anak kita. Bosan! Aku sudah tahu, kok! Ceritanya jelek! Kira-kira celetukan itulah yang akan kita dengar dari pembaca kecil. Dalam menulis cerita, pesan moral itu penting. Jadi anak membaca tidak hanya dapat hiburan, tetapi juga pembelajaran. Yang perlu diperhatikan adalah cara penyampaiannya. Tulis saja apa yang ada di benak kita, jangan terus memikirkan pesan moralnya. Cerita yang mengalir, akan enak dibaca dan dengan sendirinya pesan moral pun tersampaikan lewat rangkaian kata yang kita tulis.

Contoh cerita dongeng yang baik

Satu dongeng anak sudah selesai! Lalu selanjutnya? Ada dua pilihan! Pertama, dongeng itu kita jadikan sebagai koleksi pribadi, atau ingin dipublikasikan di media massa? Khusus untuk pilihan kedua, kita harus tahu persyaratan cerita anak di media tersebut. Seperti, berapa jumlah halamannya? Jenis hurufnya apa? Berapa ukuran huruf? Cerita dikirim lewat pos atau email? Alamat surat dan emailnya? Apabila sudah tahu syaratnya, segera kirim dan berdoalah agar cerita kita layak muat. Selama menunggu, buatlah cerita yang baru. Lupakan dongeng yang kita kirim tadi. Rumusnya, kirim lupakan! Kirim lagi, lupakan! Tetap produktif menulis, tanpa harus memikirkan nasib tulisan yang telah kita kirim. Kalau sudah rejeki, suatu saat pasti dimuat, kan?

Tulisanku ditolak, hikss …. Baru sekali ditolak, sudah putus asa? Jangan! Sedih boleh saja, tapi jangan sampai kita larut dalam kesedihan. Teruslah menulis, bombardir media. Ada banyak penulis di luar sana yang berkali-kali ditolak. Namun ia tak menyerah, dan akhirnya banyak tulisannya bertengger diberbagai media massa daerah dan nasional. Jadilah penulis tangguh!

Sekelumit cerita dari Anabella. Ia seorang remaja yang bercita-cita menjadi penulis cerita anak seperti Ary Nilandari, Dian Kristiani, Watiek Ideo, Benny Rhamdani, Bambang Irwanto, yang karyanya bagus dan produktif menghiasi berbagai media. Sudah banyak cerpen dan dongeng yang Anabella tulis dan kirim, baru bisa terbit di koran daerah. Misi utamanya, menaklukkan media cetak nasional belum terwujud. Anabella sempat kebingungan, dari sekian banyak cerita yang ia kirim, belum satupun muncul di halaman media nasional seperti Kompas atau Bobo.

Ada rasa kesal dan sedih. Karena menurutnya cerita yang ia buat sudah sesuai dengan media-media tersebut. Singkat cerita, Anabella akhirnya memilih untuk masuk ke grup-grup kepenulisan di facebook. Dari situlah ia berkenalan dengan banyak penulis, terutama penulis cerita anak yang karyanya sudah malang melintang mengisi bermacam media. Grup kepenulisan ini sangat membantunya mendapatkan informasi mengenai serba serbi menulis cerita anak. Teman-teman di grup juga tak ragu memberikan komentar untuk cerpen yang ia posting dengan maksud agar mendapat perbaikan. Sehingga nantinya cerita karyanya layak kirim dan berhasil muncul di media yang ia impikan.

Sekian lama bergabung di grup, Anabella semakin tahu tentang cerita anak. Sampai suatu waktu ia mendapat surat penolakan atas cerita anak yang ia kirim ke Kompas. Alasannya gaya bahasa terlalu dewasa. Anabella tidak patah arang. Keinginannya untuk bisa tembus Kompas begitu membara. Gaya bahasa yang telalu dewasa, bisa diperbaiki! Anabella pun mulai membaca kembali karyanya itu dan ia menemukan apa yang dimaksud Kompas. Setelah selesai perbaikan, Anabella memeram ceritanya beberapa hari. Setelah itu baru ia teliti lagi, dan dengan nekat, Anabella mengirim cerita yang telah ia revisi ke Kompas. Saat suatu hari ia tahu bahwa cerita itu berhasil meluluhkan Kompas, ia sangat puas dan bangga. Ternyata tak ada yang mustahil, jika kita mau berusaha lebih keras.

Mulai Membuat Cerita Anak

Masih bingung darimana mulai menulis cerita anak, simak tips asyik berikut ini :

1. Menulis Buku Harian – Saya belum bisa menulis cerita anak. Dongeng yang saya buat saja masih kacau. Jangan dipaksakan! Kita bisa mulai dengan rutin mengisi buku harian. Tulis apa saja yang kita lakukan sejak bangun tidur hingga malam. Jika terbiasa menulis diari, maka merangkai kata menjadi sebuah cerita akan mudah.

2. Tulis Kembali Cerita yang Pernah Dibaca – Coba ingat kembali, cerita apa yang pernah kita baca. Sebagai contoh, cerita Si Kancil. Kita bisa menulis kembali cerita tersebut dengan gaya bahasa sendiri. Ini adalah terapi supaya bisa lancar menulis cernak atau dongeng. Dari tulisan Si Kancil versi sendiri, mungkin ide akan beterbangan di kepala kita.

3. Tulis Apa yang Ada di Lingkungan Sekitar – Daripada bengong memikirkan ide yang tak kunjung datang, lebih baik lihat keluar. Amati apa yang dilakukan orang-orang di sekitar kita, lalu tuliskan. Misalnya, kerja bakti dilaksanakan pada hari minggu, seorang ibu kebingungan membawa belanjaan yang terlalu banyak. Dari sini juga bisa mendapat bahan untuk cerita kita, lho.

4. Buat Kerangka Karangan – Sudah tahu apa yang akan ditulis, tetapi masih bingung memulainya? Buatlah kerangka karangan. Susun satu per satu kalimat pendek, mulai dari pembukaan (awal cerita), timbulnya konflik, sampai ending cerita.

Cerita yang disukai Media

Sebelumnya sudah dibahas bahwa cerita harus sesuai dengan karakter media yang dituju. Namun, ada faktor lain yang membuat cerita kita menarik di mata media, diantaranya :

  • Cerita Harus Unik – Seperti apa, sih, cerita yang unik? Cerita unik adalah cerita yang dikemas dengan cara yang berbeda. Misalnya, banyak cerpen mengisahkan persahabatan antara manusia dan hewan atau tumbuhan. Maka buatlah cerita persahabatan antara sesama bunga. Tema sama, kemasan berbeda.
  • Ending yang Tak Terduga – Ketika membaca cerita dengan ending yang sudah bisa diduga, pembaca akan malas. Membosankan! Kita harus bisa memainkan pikiran pembaca. Contohnya, pembaca menduga si tokoh utama adalah laki-laki, tetapi ternyata perempuan yang berperangai dan berpenampilan tomboy.
  • Ide Tidak Biasa – Intinya sama dengan poin satu. Dalam suatu cerita, dikisahkan adanya perlombaan yang harus dimenangkan oleh tokoh utama, yaitu mencari kaus kaki paling bau. Ini contoh ide yang tidak biasa.

Baca juga artikel cinta lainnya :

You may also like