Homoseksual atau biasa disebut gay ini termasuk dalam jenis LGBT atau Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender, banyak sekali penyebab LGBT. Sebenarnya gay sudah ada sejak lama begitu juga dengan pernikahan sejenis. Akan tetapi, karena hanya beberapa negara yang sudah melegalkan, mereka melakukan dengan diam-diam.
Dalam ilmu psikologi atau psikiatri, homoseksual digolongkan sebagai penyakit dan abnormalitas. Namun seperti yang kita tahu bahwa belakangan ini semakin banyak bermunculan kaum homoseksual sejak dilegalkannya pernikahan sejenis oleh Presiden Amerika Serikat, yang ternyata keputusan ini berawal dari PBB yang ingin mengendalikan populasi manusia di bumi agar tidak semakin membludak. Banyak orang yang memproklamirkan dirinya sebagai penyuka sesama jenis. Mereka seakan merasa bebas dan tidak ragu lagi menunjukkan orientas seksualnya. Namun, disamping itu, hal yang disayangkan adalah pelegalan pernikahan sejenis ini seolah-olah menjadi tonggak lahirnya para penyuka sejenis baru, termasuk gay.
Mayoritas manusia di bumi ini mengatakan bahwa gay adalah perbuatan menyimpang sehingga masalah ini terus menjadi kontroversi yang belum juga mendapat jalan penyelesaian.
Berikut adalah beberapa penyebab orang menjadi gay :
- Ketidakpuasan terhadap kehidupan seks
Dalam ilmu psikologi, ketika seseorang melampaui sebuah batas, dia akan menginginkan sesuatu yang tidak normal. Berdasarkan statistik Amerika, 12 orang yang kita temui sudah pernah melakukan inses. Inses yaitu berhubungan seks dengan adik atau kakak kandung, ibu dengan putranya serta ayah dengan putrinya. Mereka secara terang-terangan melakukan hal menyimpang dan menganggapnya wajar. Hal ini dapat dipicu karena kebosanan mereka dengan kehidupan heteroseksualitas, sehingga mereka melakukan homoseksualitas.
- Berhubungan seks di luar nikah (seks pra nikah)
Di Amerika, berdasarkan statistik seorang laki-laki atau perempuan rata-rata telah melakukan hubungan seks dengan 8 orang sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah dengan satu orang. Ada yang melakukan dengan 2 orang, 10 orang bahkan 20 orang, tapi rata-ratanya adalah 8 orang.
Dalam psikologi, pasangan lebih merasakan nikmatnya seks ketika mereka tidak melakukan seks pra nikah dari pada yang melakukan. Sehingga meminimalisir terjadinya penyimpangan seksual. Para gay ini, kebanyakan telah melakukan banyak hubungan seks, sehingga saat mereka sudah menikah pun tetap bisa menjadi gay karena tidak dapat menikmati lagi hubungan seks dengan istrinya.padahal seperti itu merupakan salah satu cara berbakti istri kepada suami jika sudah begitu harus ada tips menjadi istri yang baik dan disayang suami
baca juga: cara menghindari pergaulan bebas
- Pengaruh peran orangtua
Dalam sebuah keluarga, jika peran ayah lemah atau bahkan tidak ada, maka yang dominan adalah peran ibu, sehingga anak menjadi lebih dekat dengan sosok ibunya dan cenderung menjauhi ayahnya. Dalam hal ini, jiwa kelelakiannya bahkan tidak terdidik sejak awal dan yang mengelilingi anak justru jiwa keibuan dari ibunya.
- Dorongan diri dan Ego Sintonik
Menurut Sigmund Freud dalam teori Psikodinamika atau Psikoanalisisnya, kehidupan seseorang itu dipengaruhi oleh dorongan seks. Dalam kasus gay ini, Freud menyatakan bahwa homoseksual adalah paranoid yang terpendam, sehingga relasi dengan pasangannya sering bersifat kaku dan posesif. Dan jika tidak terpenuhi keinginannya, bukan tidak mungkin ia akan melakukan pemaksaan kehendak dan bersikap agresif dan cenderung melakukan tindakan kekerasan. Sehingga para gay merasa tidak nyaman jika menjalin hubungan dengan seorang perempuan.
Karena hal tersebut, biasanya seorang gay memiliki sifat ego sintonik, yang maksudnya adalah memiliki perasaan nyaman dengan keadaan homoseksualnya. Sehingga ia tetap menjalin hubungan dengan laki-laki karena merasa nyaman dan merasa dimengerti keinginannya.
Menurut Freudian juga bayi itu Polymorphus Perserve, yaitu arah seksual dari bayi sama sekali tidak memiliki arah perbedaan baik laki-laki maupun perempuan. Bayi akan mengarahkan seksualitasnya pada tempat yang menurutnya tepat. Seperti bayi laki-laki mengarahkan seksualitas pada gelas yang dianggap sebagai seksualitas perempuan. Jadi jika terjadi kesalahan dalam pengarahan seksualitas, maka homoseksual bisa terjadi.
- Trauma di masa kecil
Seorang anak yang mengalami pelecehan seksual saat masih usia dini, akan mengalami trauma yang berkepanjangan. Karena otaknya masih dapat merekam dengan baik detail kejadiannya. Misalnya ia pernah disodomi seorang pria, kakak, ayah atau pamannya.
Hal tersebut akan terus mengganggunya sehingga ia dapat mengalami berbagai gangguan jiwa, seperti stress sebagai gejala awal, depresi, menjadi psikopat dan pendendam yang akan melakukan hal sama pada orang lain agar mereka dapat merasakan penderitaannya juga, serta melakukan penyimpangan seksual saat dewasa nanti.
- Perasaan terkhianati dan Pelarian dari Masalah
Saat seorang laki-laki hampir dan atau sudah mencapai klimaks dalam mencintai dan mempercayai seorang perempuan, namun perasaan itu tidak ada timbal balik dari perempuan tersebut, maka laki-laki itu akan merasa terkhianati. Sebagian orang mungkin akan mencoba memaafkan dan mulai lembaran hidup baru secara normal, karena menganggap bahwa hidup memang seperti itu. Ada banyak masalah yang menghadang dan menanti untuk diselesaikan. Tapi tidak menutup kemungkinan, banyak pula yang pada akhirnya mulai membenci sosok wanita untuk dijadikan pasangan hidupnya.
Tidak hanya dari pasangan, kekecewaan itu bisa berasal pula dari sosok perempuan dalam keluarga, seperti ibu, saudara perempuan, dan lainnya yang biasanya sangat dekat hubungannya dan tinggi kepercayaan satu sama lain.
Sehingga, hubungan homoseksual menjadi tempat untuk melarikan diri dari semua perasaan kecewa dan terkhianati oleh perempuan-perempuan kepercayaannya.
Baca juga: Cara menghilangkan Galau karena Putus Cinta
- Media Massa
Media massa sangat berperan dalam penyebaran virus gay. Sebut saja tayangan Televisi yang menyuguhkan acara-acara yang melazimkan seorang laki-laki berperan sebagai seorang wanita (waria). Kemudian sikap itu menjadi tren dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak dibawah umur, karena terlalu sering dan banyaknya penayangan. Memang hal tersebut tujuannya adalah untuk menghibur penonton. Namun, anak-anak dibawah umur tadi belum bisa memfilter mana yang baik dan mana yang tidak. Sikap kewanita-wanitaan itu dianggap lumrah dan lucu saat mereka mempraktikkannya. Sehingga hal tersebut menjadi kebiasaan yang melekat dan semakin mengakar dalam diri mereka tanpa mereka sadari.
Selain itu, adalah media online yang semakin canggih dan berkembang cepat. Tanpa pengetahuan yang cukup tentang bagaiman menggunakan media online (internet) dengan baik dan benar, maka seseorang akan dengan mudahnya melihat tayangan atau informasi mengenai gay. Mungkin awalnya hanya iseng, pengen tahu, lalu mengunjungi situs-situs tertentu yang menunjukkan kenormalan kehidupan para gay.
- Pengaruh Sosiokultural
Sebagai makhluk sosial tentu manusia mempunyai sifat senang bergaul atau bersosialisasi secara alami. Ada banyak bentuk sosialisasi yang dibangun dan dibentuk oleh manusia, seperti melalui komunitas, organisasi, dan lain-lain. Tidak semua bentuk tersebut membawa dampak positif bagi tiap individu. Ada juga yang membawa akibat negatif dan menjerumuskan. sehingga harus memiliki tips merawat anak yang baik dengan menggunakan tips cerita baik untuk anak.
Gay merupakan virus sosial yang menyebar dan menular melalui pergaulan sehari-hari. Banyak kasus yang mengatakan bahwa kebanyakan laki-laki gay pada mulanya adalah laki-laki normal yang bergaul dalam lingkungan gay.
Labelling juga dapat memicu pertumbuhan sifat gay dalam diri seseorang. Saat lingkungan disekitar menjuluki seorang laki-laki normal dengan panggilan banci, waria dan sejenisnya, kemungkinan dia akan berpikiran untuk melakukan hal yang sama seperti julukan tersebut . Didukung dengan kepercayaan diri rendah dan mudah terpengaruh ucapan orang lain, ia bisa berubah menjadi seorang gay. sehingga anda perlu cara meningkatkan keyakinan diri
Itulah beberapa penyebab orang menjadi gay. Jangan menghakimi pelakunya, tapi berilah motivasi padanya agar cepat kembali menjadi normal. baca: teman – cara memberikan motivasi pada teman