Broken home adalah istilah yang mulanya marak di luar negeri. Mengacu pada ‘kehancuran dalam rumah tangga’, broken home merupakan potret keluarga yang tidak harmonis dimana seringkali anak yang menjadi korban dari keegoisan orang tuanya.
Hidup bersama orang tua yang tak bahagia satu sama lain tentu memberikan dampak psikologi tersendiri bagi anak broken home. Tak jarang, mereka akan mengalami perubahan dalam sikap dan memandang hidup. Terlebih image buruk seringkali disematkan padanya oleh lingkungan sosial tempat ia tinggal.
Seperti apa ciri-ciri anak broken home yang ditandainya dengan sifat yang berubah drastis akibat masalah rumah tangga seperti perceraian dan kekerasan fisik. Berikut Cinta Lia hadirkan ulasannya untuk Anda.
1. Emosional
Sifat anak broken home dapat dilihat dari emosinya yang tinggi. Harus terlibat dalam masalah orang tuanya membentuk pribadi yang tempramental pada anak karena ia dipaksa untuk mengalami perasaan marah, kecewa, sedih, dan masih banyak lagi.
Dampak keluarga broken pada home pada anak ini kemudian membuatnya gampang marah, bahkan pada hal-hal yang sepele sekalipun. Anak broken home biasanya memiliki perasaan yang lebih peka ketimbang anak-anak seumurannya. Sehingga jangan heran jika ia bisa dengan mudah menunjukkan emosinya.
Pada titik tertentu, anak broken home bisa saja akan sulit mengendalikan emosi. Tanpa penanganan yang tepat, dampak perceraian maupun kekerasan dalam rumah tangga bisa memengaruhi psikologisnya.
2. Pendiam
Berada di dalam keluarga yang broken home seringkali memaksa anak untuk mau tidak mau menerima semua keputusan yang diberikan oleh orang tua mereka. Tidak adanya ruang untuk memberi pendapat tanpa disadari mengubah sifat anak broken home menjadi lebih pendiam.
Ciri-ciri ini bisa dilihat dari si anak yang tiba-tiba enggan bicara pada orang lain. Akibat orang tua yang merasa anak tak perlu ikuti campur masalah rumah tangga karena terlalu kecil sehingga belum tahu apa itu depresi, si anak pun menjadi pendiam.
Diam adalah solusi yang dilakukan oleh anak agar tidak memperkeruh kondisi keluarganya yang broken home tapi tidak cerai.
3. Pintar secara akademis
Ciri-ciri anak broken home tak melulu membahas dampak buruknya. Perlu diketahui, anak yang broken home biasanya memiliki kepekaan yang tinggi dan kecerdasan yang melebihi orang lain. Jangan heran jika sebagian anak broken home unggul secara akademis dibanding anak lainnya.
Bahkan tak hanya dari segi akademis saja, kelebihan anak broken home ini juga terlihat dari bagaimana pintarnya ia mencari jalan keluar atas masalah yang sedang dihadapi.
4. Mudah takut
Takut adalah perasaan yang wajar dialami oleh siapa saja, namun berbeda dengan anak yang broken home. Salah satu dampak buruk anak broken home adalah menciptakan pribadi yang mudah takut.
Ketakutan berlebih yang dialami anak broken home merupakan akibat dari tidak pernahnya ia dilindungi dan diselamatkan oleh orang tua. Tak diperhatikan dan dipedulikan membuat si anak jadi mudah takut, penuh kekhawatiran, dan kehilangan kepercayaan diri di depan teman-temannya.
Ketakutan berlebih ini bahkan terbawa hingga dewasa karena trauma masa kecil broken home yang ia pernah alami. Oleh karena itu, tak sedikit dari anak broken home yang selalu butuh seseorang di sampingnya.
5. Menyembunyikan perasaan
Saat sedang sedih, meluapkan perasaan kepada orang yang kita percaya tentu lega rasanya. Namun, pada anak broken home, pantang bagi mereka membagikan masalahnya kepada orang lain.
Menjadi korban keegoisan orang tua memberikan semacam trust issue pada anak yang broken home, terlebih jika pada fase tersebut tidak ada seorang pun yang berusaha membantu dan menyelamatkannya.
Hasilnya, si anak menjadi sulit percaya kepada orang lain sehingga ia memilih untuk menyembunyikan perasaannya. Karakter anak broken home satu ini seringkali mengecoh orang-orang sekitarnya karena mereka tidak tahu isi hati yang sebenarnya.
6. Nakal dan pemberontak
Pernah dengar istilah ‘buah jatuh tak jauh dari pohonnya’? Kira-kira seperti inilah image buruk anak broken home yang melekat di masyarakat kini. Apakah sepenuhnya salah? Tidak juga.
Pada kenyatannya, trauma broken home memberikan dampak yang buruk pada anak. Sifatnya benar-benar berubah, dari yang mulanya penurut, kini menjadi nakal dan pemberontak.
Peluang ini lebih besar terjadi pada remaja broken home karena pada fase ABG inilah mereka sedang gencar-gencarnya mencari identitas diri.
Haus akan kasih sayang tak jarang membuat anak broken home melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Namun perlu dicatat jika tak semuanya seperti ini, ya.
7. Sulit jatuh cinta
Melihat langsung seperti kegagalan pernikahan orang tuanya membuat anak broken home jadi skeptis soal asmara. Mereka enggan memulai hubungan dengan seseorang karena takut kisah cintanya akan berakhir seperti orang tua.
Inilah alasan mengapa mereka memilih untuk terus melajang meski teman seumurannya sudah menikah dan memiliki anak. Namun, mereka tak minta dikasihani, kok. Melajang adalah soal pilihan bukan karena tidak ada yang mendekati.
Agar terhindari dari kemungkinan terburuk pernikahan seperti perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga, sebagian anak broken home akan tetap memilih sendiri.
8. Bertanggung jawab
Memiliki adik yang harus ditanggung karena orang tua nyatanya tidak bisa diandalkan sama sekali tentu memberikan beban yang berlipat ganda pada anak yang broken home.
Dipaksa oleh keadaan membuat mereka menjadi pribadi yang ulet dan pekerja keras. Adik-adik adalah tanggung jawab anak broken home yang memacunya untuk terus giat bekerja.
Jangan heran jika kebanyakan dari mereka penyayang. Agar si adik tak harus menjadi korban keegoisan orang tuanya, anak broken home memilih untuk mengalah dengan menjadikan mereka sebagai prioritasnya ini.
Tanpa disadari, anak broken home pun menjadi tahan banting. Ia kuat dan akan berjuang sekuat tenaga agar adik-adiknya mendapatkan kebahagiaan.
Itulah ciri-ciri dan sifat anak broken home yang biasanya berubah karena setelah perceraian orang tua atau terus-menerus menyaksikan perkelahian keduanya karena memilih untuk tidak bercerai. Beberapa sifat yang mereka miliki merupakan akibat trauma berkepanjangan. Semoga bermanfaat.