Pernahkah terbesit di benak Anda apakah anak ketiga menikah dengan anak ketiga menurut adat Jawa itu baik? Atau malah sebaliknya, merupakan pantangan yang harus diaati?
Indonesia memiliki keberagaman suku dan ras. Inilah yang membuat negara kita kaya akan budaya. Tak heran jika kemudian banyak kepercayaan yang timbul berdasarkan adat istiadat, tak terkecuali adat Jawa.
Mitos adat Jawa salah satunya adalah anak ketiga menikah dengan anak nomor tiga juga. Well, buat Anda yang khawatir apakah ini sebuah pantangan, Anda tak perlu khawatir. Pasalnya, anak ketiga menikah dengan anak ketiga menurut Adat Jawa bukanlah sebuah larangan.
Lantas, seperti apa mitos larangan pernikahan menurut adat Jawa? Berikut ini Cinta Lia punya ulasannya untuk Anda. Simak baik-baik, ya!
1. Bukan anak ketiga dengan anak ketiga, tapi anak pertama dengan ketiga
Pernikahan adalah ikatan yang suci. Tak heran jika banyak pasangan yang butuh banyak waktu hingga akhirnya naik ke pelaminan. Agar rumah tangga harmonis, tentu memilih pasangan hidup yang baik dan bertanggung jawab adalah suatu keharusan.
Saat merencanakan pernikahan, tentu persiapannya harus matang. List persiapan pernikahan pun menjadi pedoman yang harus diikuti. Jika kamu berdarah Jawa, maka tak heran dengan satu pantangan bernama “Jilu”.
Jilu adalah singkatan dari “Siji Karo Telu” yang mana dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “Satu dengan Tiga”. Bukan tanpa makna, “Jilu” mengacu kepada larangan bagi anak pertama untuk menikahi anak ketiga.
Percaya atau tidak, jika pantangan ini dilanggar, maka rumah tangga yang dijalani nantinya akan selalu diterpa masalah. Perbedaan karakter antara anak pertama dan anak ketiga yang kontras membuat rumah tangga sulit untuk langgeng. Bahkan, sulit untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
2. Larangan pernikahan adat Jawa antara anak pertama dengan anak pertama juga
Memiliki keluarga harmonis adalah dambaan banyak pasangan. Namun, pada eksekusinya, tak jarang kita temui pernikahan yang berujung perceraian.
Ada banyak penyebab mengapa rumah tangga tidak harmonis. Masyarakat Jawa mempercayai salah satu alasan mengapa rumah tangga tidak langgeng adalah karena pantangan menikah antara anak pertama dengan anak pertama juga yang dilanggar.
Jadi, tak hanya anak pertama dengan anak ketiga saja yang dilarang, namun juga dengan sesama anak pertama. Lebih lanjut, pantangan ini juga berlaku jika orang tua salah satu pihak juga merupakan anak pertama dalam keluarganya.
Adat Jawa mempercayai pernikahan seperti ini akan mendatangkan malapetaka dan kesialan. Sulit bagi kedua pasangan untuk menciptakan keluarga yang harmonis. So, jika keluarga Anda maupun si dia masih menganut kepercayaan Jawa yang kental, sebaiknya pertimbangkan kembali rencana pernikahan kalian.
3. Mitos Anak ketiga menikah dengan anak ketiga menurut Adat Jawa selanjutnya, hindari akad dan resepsi pada Bulan Suro atau Muharram
Membahas adat Jawa tentu tak bisa dipisahkan dari legenda Nyi Roro Kidul. Ratu Pantai Selatan ini masih menjadi sosok yang sangat sakral sehingga begitu dihormati oleh masyarakat Jawa.
Tahukah Anda jika Nyi Roro Kidul memiliki keterkaitan dengan mitos larangan pernikahan menurut adat Jawa? Ya, buat Anda dan pasangan yang sama-sama berdarah Jawa, sebaiknya hindari menggelar pesta pernikjahan pada Bulan Suro atau Muharram.
Bulan Suro atau Muharram adalah bulan yang suci dimana konon, Nyi Roro Kidul akan mengadakan perayaan pada bulan ini sehingga masyarakat dihimbau untuk tidak pesta termasuk akad maupun resepsi pernikahan di bulan yang sama.
Percaya atau tidak, siapapun yang melanggarnya biasanya akan berakhir dengan nasib sial. Siapapun tentu tak ingin ini terjadi bukan?
4. Pantang menikah dengan pasangan yang jarak rumahnya hanya bersebrangan
Memperhatikan adat istiadat budaya masing-masing adalah salah satu persiapan sebelum pernikahan bagi pasangan yang sebaiknya tidak dilewatkan. Hal ini penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan nantinya.
Pantangan menikah dalam kepercayaan adat Jawa tak hanya perkara silsilah keluarga saja, namun lebih dari itu. Berikutnya, buat Anda yang berdarah Jawa, sebaiknya hindari menikah dengan seseorang yang jarak rumahnya hanya bersebrangan saja dengan rumah Anda.
Rumah pasangan yang hanya berjarak lima langkah saja tentu memberi kemudahan untuk saling mengenal satu sama lain. Namun, mitos Jawa melihatnya dari sudut pandang berbeda.
Jika pernikahan ini tetap dilanjutkan, banyak yang percaya jika nantinya rumah tangga akan selalu mengalami kekurangan, terutama perihal materi. Seperti kita ketahui, ekonomi merupakan salah satu penyebab perceraian suami istri yang paling sering terjadi.
5. Memperhatikan Weton adalah kewajiban
Masyarakat Jawa punya cara unik untuk menentukan cocok atau tidaknya sepasang kekasih. Menggunakan Weton, Anda bisa menerka apakah si dia cocok dengan Anda.
Kebiasaan ini sudah turun menurun sejak dulu. Dengan memperhatikan hari, tanggal, dan tahun lahir masing-masing, Anda bisa mengetahui seberapa cocok hubungan kalian.
Jika cocok, maka rumah tangga dipercaya akan dipenuhi dengan sukacita. Sebaliknya, jika tidak cocok namun tetap dipaksakan untuk menikah, maka rumah tangga akan dipenuhi ketidakharmonisan yang ditandai dengan pertengkaran tanpa henti.
6. Jangan menikah dengan pasangan yang rumahnya dekat dengan rumah ipar
Dari kelima mitos pernikahan menurut kepercayaan Jawa, mitor keenam ini adalah yang paling mengerikan. Ya, percaya atau tidak, jika keluarga Anda masih menganut kepercayaan Jawa yang kental, pantangan ini wajib untuk diaati.
Ya, penting untuk menghindari pernikahan dengan pasangan yang rumahnya kebetulan dengan rumah ipar. Mengapa demikian? Jika dilanggar, maka salah satu orang tua Anda akan meninggal. Inilah alasan mengapa larangan ini begitu menyeramkan.
Tidak ada alasan pasti mengapa menikah dengan seseorang yang rumahnya dekat dengan si ipar dilarang. Namun, jika Anda tak ingin mengambil resiko terburuk, sebaiknya pikir dua kali sebelum menikahi pasangan Anda, ya!
Itu dia penjelasan mengenai apa saja mitos larangan pernikahan menurut adat Jawa untuk menjawab rasa penasaran Anda akan apakah boleh anak ketiga menikah dengan anak ketiga menurut adat Jawa.
Keluarga besar Anda masih menganut kepercayaan adat Jawa yang kental? Penting untuk menaati pantangan-pantangan di atas.