Kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT adalah isu yang masih banyak terjadi saat ini. Berada pada hubungan dimana kekerasan mendominasi, tak hanya dari fisik, namun juga psikis tentu melelahkan. Masalahnya, keluar dari jeratan hubungan toxic ini tak semudah kata-kata.
Ya, dalam kehidupan pernikahan, resiko KDRT selalu ada. Ketika mengalaminya, seringkali istri bingung menghadapi suami yang berani main tangan. Melawannya dengan emosi hanya akan memperburuk suasana. Akibatnya, banyak istri yang memilih untuk mengalah dan memendam masalah dalam rumah tangga ini.
Jika suami KDRT apakah harus bertahan? Pertanyaan ini mungkin timbul bagi siapapun yang mengalaminya. Berikut Cinta Lia hadirkan ulasannya untuk Anda.
Apakah harus bertahan jika suami melakukan KDRT?
Tentu selalu ada alasan mengapa pria melakukan kekerasan kepada pasangannya. Pemicunya banyak, bisa karena faktor ekonomi maupun pudarnya rasa cinta. Lewat penjelasan berikut ini diharapkan bagi siapapun yang menjadi korban KDRT dalam rumah tangga, bisa menentukan langkah yang bijak dalam menanganinya.
1. Perhatikan terlebih dahulu pemicunya
Ya, seperti yang sudah Cinta Lia singgung diatas, penyebab suami melakukan kekerasan dalam rumah tangga bisa bermacam-macam. Untuk itu, penting untuk mencari tahu seperti apa pemicunya sehingga suami bersikap kasar untuk menemukan jawaban suami KDRT apakah harus bertahan. Terlebih, jika sebelumnya ia tak pernah seperti ini.
Perselingkuhan menjadi salah satu faktor terbesar mengapa suami berani main tangan kepada istrinya. Menemukan cinta yang baru seringkali membuat seseorang menjadi gelap mata. Inilah yang lalu membuatnya tak segan untuk berperilaku kasar, bisa lewat ucapan maupun fisik seperti memukul dan menampar.
Selingkuh bukan satu-satunya penyebab retaknya rumah tangga sehingga menimbulkan terjadinya kekerasan. Mengalami tekanan juga menjadi pemicu mengapa seseorang bersikap tempramental dan melampiaskannya kepada sosok yang seharusnya ia jaga.
2. Apakah ia melakukannya berkali-kali?
Pada beberapa orang, memperlakukan pasangannya dengan kasar sudah menjadi kebiasaan yang mengakar. Trauma masa lalu menjadi salah satu latar belakang mengapa suami berani memperlakukan istrinya dengan semena-mena. Istri mana yang tak kecewa diperlakukan seperti ini?
Tiap orang memiliki tingkat pengendalian emosi yang berbeda-beda. Bagi mereka yang tidak tahu cara meredam emosi, tentu tak akan segan untuk menunjukkan sikap agresif dengan berperilaku kasar kepada orang-orang di sekelilingnya, termasuk keluarga sendiri.
Suami memukul istri, menampar, bahkan hingga menendangnya jelas merupakan sikap buruk yang tidak bisa ditolerir. Terlebih jika ini terjadi berulangkali, tidak hanya sekali atau dua kali. Tentu saja psikis istri akan terganggu karena harus bertahan dengan KDRT yang ia alami.
3. Apakah istri menjadi pemicunya?
Tahukah Anda jika istri juga bisa menjadi penyebab mengapa suami berani main tangan? Tidak tahan dengan sikap istri seringkali membuat suami kehilangan kontrol diri. Pelampiasannya bisa bermacam-macam, termasuk melakukan KDRT secara verbal maupun non-verbal.
Coba perhatikan, apakah si istri belakangan ini terlalu menekan suaminya? Contohnya perihal masalah ekonomi? Mendapatkan tekanan tanpa henti bisa membuat suami kehilangan kesabarannya. Bukan tidak mungkin bagi ia untuk meluapkannya lewat kekerasan.
Untuk itu, penting untuk selalu melakukan intropeksi diri ketika menjalin hubungan dengan seseorang. Meski KDRT tidak pernah dibenarkan, setidaknya dengan mengetahui cara mencegahnya, istri bisa terhindar dari perilaku abusive suaminya.
4. Bagaimana kehidupan pasca bercerai?
Ketika mendapatkan perlakuan kasar dari suami, niat untuk cerai mungkin akan langsung muncul. Ini adalah bukti nyata jika kehidupan pernikahan sudah menjadi hubungan yang toxic. Maka dari itu, cerai adalah jalan keluarnya.
Namun, sebelum itu, coba perhatikan, bagaimana kehidupan istri setelah cerai dari suaminya? Apakah si istri sudah siap dengan tanggapan orang-orang di sekitarnya atau sudah siap tidak mendapatkan sokongan finansial lagi dari suaminya?
Faktor-faktor seperti inilah yang harus diperhatikan sebelum bercerai dengan pasangan agar kehidupan setelahnya tidak menjadi makin buruk.
Ini juga yang menjadi alasan mengapa istri bertahan dengan suami yang abusive padahal sudah berkali-kali mendapatkan perlakuan kasar. Mereka belum siap dengan kehidupan pasca pernikahan terlebih jika memiliki anak-anak yang harus dibiayai.
5. Perhatikan psikis anak
Perceraian tidak pernah mudah untuk dilalui, tak hanya pada pasangan, namun juga anak-anak mereka. Maka dari itu, perlu pertimbangan matang sebelum memastikan keinginan untuk bercerai karena hutang atau alasan lainnya tidak berakhir menjadi keputusan yang salah.
Anak-anak menjadi pertimbangan paling penting yang tak boleh dilewatkan. Apakah mereka bisa menerima kenyataan jika orangtuanya bercerai? Karena pada sebagian anak, perceraian orangtua seringkali menjadi fase paling buruk dalam hidup mereka.
Melihat langsung tindak KDRT yang dilakukan oleh orang tua mereka juga bisa berpotensi menimbulkan trauma mendalam. Jadi, suami kasar apakah harus cerai? Semua kembali ke keputusan Anda dengan memperhatikan pertimbangan diatas.
6. Apakah Perceraian menjadi pemutus sikap abusive suami?
Meski sudah bercerai, tak menutup kemungkinan mantan suami akan tetap bersikap kasar. Bahkan, bisa saja perlakuannya menjadi lebih parah. Maka dari itu, pastikan dengan benar apakah cerai sudah benar-benar menjadi pemutus hubungan Anda dengannya.
Karena pada banyak kasus, suami yang tempramental akan selalu mengejar mantan istrinya meskipun sudah resmi berpisah. Jelas sikap ini sangat menganggu dan bisa berpotensi menjadi tindakan kriminal nantinya.
Tidak terima dengan keputusan istri adalah salah satu pemicu terbesarnya. Suami yang abusive biasanya cenderung sulit untuk menerima kenyataan jika istri mereka berani melawan.
Jadi, Suami KDRT apakah harus bertahan?
Tentu sulit menerima kenyataan jika suami sudah berani main tangan kepada istrinya. Jelas, ini sikap yang tak bisa dibenarkan, namun berpisah dengan perceraian juga tak melulu keputusan terbaik untuk itu. Jadi, apakah harus bertahan dengan suami yang melakukan KDRT?
Jika Anda masih bingung karena belum sepenuhnya siap, tak ada salahnya untuk melakukan mediasi dengan berpisah sementara waktu dari suami. Buat jarak dengannya hingga akhirnya suami menyesal karena sudah bersikap kasar kepada istri.
Meski cara ini tidak selalu berhasil, terlebih jika ia memiliki kesulitan mengontrol emosi alias tempramental, tak ada salahnya untuk dicoba jika Anda masih memiliki harapan rumah tangga bisa diselamatkan.