Home » Cinta » Perceraian » 11 Akibat Perceraian pada Anak Balita Bagi Perkembangannya

11 Akibat Perceraian pada Anak Balita Bagi Perkembangannya

by Luwisa Zelnovra

Dalam menjalani kehidupan rumah tangga pasti ada suka dan dukanya yang akan datang secara bergantian. Disaat suka semua orang pasti akan menjalaninya dengan senang hati. Namun disaat duka, tidak akan ada orang yang menginginkannya, mereka akan menjalani dan menerimanya dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan cara berpikir mereka dalam menghadapi berbagai permasalahan.

Disaat hubungan di dalam rumah tangga sedang tidak sehat, kita harus segera memperbaikinya agar tidak menjadi semakin keruh yang dapat berakibat pada retaknya rumah tangga. Dan tentu semua orang tidak mau kalau rumah tangganya berantakan, dengan begitu mereka akan berusaha untuk mencari cara menghindari pertengkaran dalam rumah tangga.

Namun ada sebagian orang yang tidak mampu menangani masalah dan pertikaian yang terjadi dengan jalan yang baik, mereka mungkin lebih memilih untuk mengikuti ego masing-masing. Sehingga yang terjadi adalah hancurnya rumah tangga yang akan berdampak buruk pada anak-anak, terutama anak pada usia balita yang dalam masa perkembangan.

Penyebab perceraian suami istri bisa terjadi karna banyak faktor, bisa dari masalah finansial, perbedaan pendapat, ketidakcocokan dan bisa bersumber dari keluarga istri / suami. Sedangkan faktor pemicu utamanya adalah masalah hati, kecemburuan dan perselingkuhan dengan hadirnya orang ketiga dalam hubungan mereka.

Jika suami dan istri tidak mampu menyelesaikan masalah mereka dengan baik dan tidak mau berdamai. Biasanya jalan terakhir yang ditempuh untuk menyelesaikan masalah antara mereka adalah perceraian. Tanpa memikirkan bagaimana dengan anak-anak mereka yang nantinya akan hidup dan tumbuh hanya dengan salah satu dari mereka.

Sebelum memutuskan untuk berpisah, sebaiknya selaku orang tua harus memikirkan terlebih dahulu akibat perceraian pada anak balita yang juga akan mempengaruhi tumbuh kembangnya, seperti berikut :

  1. Terjadinya perubahan perilaku anak.

Pada anak usia balita yang belum mengerti apa- apa tentang perceraian yang terjadi pada orang tuanya, tapi mereka bisa merasakan perubahan yang terjadi di sekitarnya, dan anak akan menjadi susah tidur, susah makan, rewel, merasa cemas, takut dan merasa tidak nyaman.

  1. Anak akan merasa bingung, kesepian dan kehilangan.

Dengan melihat semua yang terjadi disekitarnya, anak akan merasa kebingungan karena orang yang setiap hari berada didekatnya kini tak lagi pernah bersamanya walaupun hanya sebentar dan anak akan merasa kehilangan karna kepergian salah satu orang tuanya.

  1. Kesedihan yang berlangsung lama.

Seorang anak yang terbiasa merasakan kehadiran kedua orang tuanya, tentu akan merasa sedih jika salah satu dari orang tuanya harus pergi meninggalkannya. Anak akan selalu merasa sedih karna ia sadar bahwa salah satu orang tuanya tidak lagi bersamanya.

  1. Anak akan merasa tidak aman.

Anak yang selalu terbiasa berada di dekat kedua orang tua dan kakak-kakaknya, akan merasa tidak aman karena suasana sekitarnya yang tidak lagi lengkap, seperti tidak ada lagi kehadiran ayah atau ibunya yang selalu melindunginya.

  1. Emosi anak menjadi tidak stabil.

Anak akan menjadi mudah marah tanpa alasan yang jelas dan sulit untuk dikendalikan, terkadang juga mudah sekali untuk menangis dan cengeng.

  1. Rasa bersalah pada diri sendiri.

Pada anak usia dini sering kali ia akan menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian ayah atau ibunya, ia akan mengira salah satu dari orang tuanya pergi karena kenakalannya atau karna kesalahan yang pernah ia buat sebelumnya.

  1. Kehilangan masa kecil yang bahagia.

Anak tidak akan pernah merasakan kebahagian untuk bermain dan berkumpul bersama kedua orang tuanya seperti layaknya anak seumuran mereka.

  1. Anak akan kekurangan kasih sayang orang tua.

Anak tidak akan lagi mendapat kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya, kebanyakan dari orang tua yang bercerai, komunikasi antara anak dan orang tua yang pergi meninggalkannya akan menjadi renggang dan bahkan terputus. 

  1. Terjadinya kerusakan mental pada anak.

Dengan terjadinya perceraian orang tua, anak yang belum memahami biasanya akan merasa kecewa dan terkejut dengan keputusan orang tuanya. Dengan begitu anak akan menjadi lebih pemurung, pendiam, sulit dalam bersosialisasi, merasa minder dan rendah diri, atau bisa terjadi sebaliknya, anak akan tumbuh menjadi hiperaktif, bandel, suka membangkang dan sulit diatur.

  1. Anak akan membenci ayah / ibunya.

Saat orang tua telah berpisah dan pergi, anak akan merasa bahwa ayah / ibunya tak lagi menyayanginya karena telah meninggalkannya begitu saja tanpa memikirkan apa yang dirasakannya saat itu. Sehingga akan timbul rasa benci dalam dirinya.

  1. Anak akan kehilangan figur dan peran seorang ayah / ibu.

Setelah terjadinya perceraian, tentu salah satu dari ayah atau ibu harus pergi meninggalkannya dan tidak akan hidup serumah lagi. Sehingga sosok yang ia lihat dan ada bersamanya hanyalah salah satu dari ayah / ibu. Anak tidak akan merasakan dan mengenal bagaimana peran seorang ayah atau ibu dalam membesarkannya.

Setelah mengetahui akibat dari perceraian terhadap anak usia balita, setidaknya para orang tua harus mengetahui cara menghadapi masalah rumah tangga agar tidak berakhir dengan perpisahan.

You may also like