Home » Cinta » Perceraian » Pilih Bercerai atau Bertahan Demi Anak? 3 Hal Ini Bisa Jadi Pertimbangan

Pilih Bercerai atau Bertahan Demi Anak? 3 Hal Ini Bisa Jadi Pertimbangan

by Luwisa Zelnovra

Dalam setiap pernikahan yang selalu diharapkan adalah keharmonisan dan kesetiaan dalam menjalani rumah tangga bersama. Sementara perceraian adalah hal yang paling tidak diinginkan semua orang setelah menikah. Perceraian bisa saja menimpa rumah tangga siapa saja yang datangnya juga tidak bisa diprediksikan. Namun ada pula tanda-tanda perceraian dalam rumah tangga yang bisa dikenali. Penyebab perceraian suami istri itu banyak sekali dan yang paling umum terjadi adalah perceraian karena masalah kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, masalah ekonomi hingga ketidakcocokan. Memang keputusan untuk bercerai sangatlah disayangkan dan sebisa mungkin pihak ketiga akan melakukan mediasi untuk merukunkan kembali pasangan suami istri yang hendak bercerai. Salah satu hal yang bisa membuat perceraian suami istri batal adalah anak.

Anak sering dijadikan suami atau istri sebagai alasan untuk tetap bertahan. Bagaimana pun juga anak akan ikut jadi korban dan ada akan ada pula berbagai dampak perceraian orang tua terhadap anak, baik berdampak negatif dan juga positif. Seringkali suami atau istri merasa bingung saat hati ingin bercerai tapi juga kasihan melihat anak yang harus ikut menanggung akibatnya. Daripada bingung lebih antara memilih untuk bercerai atau bertahan demi anak, perhatikan dulu beberapa hal di bawah ini sebelum memutuskan suatu pilihan.

1. Jika Kesalahan Masih Bisa Ditoleransi, Tak Masalah Tetap Bertahan Demi Anak

Bercerai tentu ada sebabnnya, salah satunya adalah kesalahan yang dilakukan pasangan. Jika kesalahan yang jadi pemicu perceraian tersebut masih bisa ditoleransi, tentu tidak masalah untuk tetap bertahan demi anak. Apa masalah yang masih bisa ditoleransi? Contohnya masalah suami yang tidak mencukupi dalam memberi nafkah. Jika istri bekerja, tentu kesalahan ini masih bisa ditolerir, bukan?

Tapi kalau kesalahan suami sudah mengarah pada kekerasan yang suka memukul anak dan istri, tentu kesalahan ini sudah fatal dan tidak bisa ditolerir lagi. Jika tetap bertahan dalam rumah tangga yang penuh kekerasan justru berdampak tidak baik untuk perkembangan psikologis anak. Lingkungan yang penuh kekerasan seperti inilah yang bisa menjadi penyebab anak berbicara kasar. Bahkan anak juga cenderung melakukan tindakan kekerasan setelah dewasa nanti.

2. Tidak Baik Pula Bertahan Demi Anak Jika Batin Tersiksa

Orang tua yang baik memanglah orang tua yang turut mengingat nasib anak-anak mereka. Orang tua yang baik juga dianggap sebagai orang tua yang selalu mendahulukan kebahagiaan anak dan siap berkorban demi anak. Saat kamu bingung dengan dua pilihan, bercerai atau bertahan demi anak, coba pikirkan sekali lagi mana yang paling baik untuk masa depan kamu dan anak-anak. Bertahan demi anak dan menyembunyikan masalah yang ada betul akan membuat anak tetap bahagia.

Tapi yakin anak akan bahagia seutuhnya saat atmosfir dalam rumah tangga tidak harmonis? Dimana tidak ada kehangatan yang utuh di dalamnya malah hanya ada hubungan suami dan istri yang makin memburuk. Ayah yang sibuk dengan dunianya sendiri dan ibu yang tersiksa secara batin menahan sakit sendiri. Menahan perasaan bisa berdampak buruk lho, bahkan bisa menyebabkan stres hingga depresi. Yakin bisa tetap bertahan dalam keadaan seperti ini dan bisa fokus mengurus anak dalam keadaan hati yang hancur berantakan?

3. Bertahan dalam Hubungan yang Buruk juga Bisa Berdampak Negatif bagi Anak

Bertahan dalam hubungan suami istri yang buruk juga memberikan dampak negatif bagi anak lho. Pertimbangkan pula ketika anak melihat perselisihan yang sering orangtua lakukan. Psikologis anak juga bisa terganggu jika sering melihat orang tua berselisih paham hingga bertengkar hebat. Anak juga bisa menjadi bingung, saat ia ingin tertawa bahagia menikmati banyak momen bersama ayah dan ibu, justru hal ini tidak ia dapati lantaran keduanya tidak ingin bergandengan bersama.

Saat anak menyadari hubungan ayah dan ibunya tidak akur dan mengetahui alasannya, bisa membuat anak justru mengalami trauma dalam menjalin hubungan setelah ia dewasa nanti. Apa yang ia lihat sejak kecil bisa membuatnya tidak percaya dengan pernikahan atau malah justru memiliki pandangan lain tentang sebuah pernikahan yang membawa damak buruk untuk dirinya sendiri. Hal buruk lainnya adalah bisa membuat anak malah tidak percaya pada lawan jenisnya.

Itulah 3 hal yang bisa jadi pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk pilihan bercerai atau bertahan demi anak. Ingatlah setiap orang berhak untuk menjalani hidup yang bahagia dan berhak pula mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya sendiri. Memang akan ada hal tersulit yang dihadapi wanita pasca perceraian, namun semua itu akan cepat berlalu jika ada dukungan dari orang terdekat. Simak juga beberapa hal mengenai hak asuh anak dalam perceraian yang kerap jadi alasan suami tidak mau bercerai.

You may also like