Home » Kehidupan » Kisah Kehidupan » Cerita Hantu di Museum Fatahillah Kota Tua

Cerita Hantu di Museum Fatahillah Kota Tua

by ikenofalia

Beberapa cerita hantu di museum fatahilah bisa didapatkan dari para petugas yang sedang berjaga di museum tersebut. Banyaknya kisah mistis tidak hanya ada di museum di Jakarta saja, namun juga bisa ada di tempat wisata lain, seperti lawang sewu, istana Bogor, pantai selatan, dan masih banyak lagi. Bangunan bersejarah yang ada di museum fatahilah, memiliki kisah sejarah yang menggambarkan proses kemajuan Negara Indonesia serta perjuangan para tokoh-tokoh pejuang nasional.

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia serta banyaknya pertumpahan darah, dan korban perang yang berjatuhan dari para penjajah termasuk dari bangsa Indonesia sendiri, yang melatarbelakangi banyaknya kisah mistis di beberapa bangunan bersejarah Indonesia, seperti di museum Fatahilah. Museum ini didirikan sejak tahun 1710, karena bangunan sudah tua maka memiliki cerita mistis yang dapat membuat bulu kuduk merinding. Mulai dari bagian depan museum atau alun-alunnya, hingga lonceng yang ada di museum tersebut. Bangunan yang dahulunya juga digunakan untuk menyimpan para tawanan perang, karena ada penjara bawah tanahnya juga, menjadi penyebab banyaknya korban berjatuhan karena terdapat aktivitas penyiksaan terhadap para tawanan.

Beberapa cerita hantu yang bisa diketahui cukup banyak, berikut beberapa cerita hantu di museum Fatahilah Jakarta pusat, antara lain :

Hendra Pengunjung Alun-alun Museum

Hendra merupakan salah satu mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Orang yang sangat aktif dalam organisasi kemahasiswaan tersebut memiliki karakter yang berani dan suka akan tantangan. Suatu kesempatan Ia memiliki keinginan untuk berwisata ke museum pada malam hari. Aktivitas yang dilakukan ketika bosan ini, ia juga mengajak sahabat dekatnya yang bernama iwan untuk menemaninya termasuk mengambil foto dalam aktivitas yang akan dilakukannya tersebut. Waktu menunjukkan pukul 11.45 malam hari hendra dan iwan sudah sampai di alun-alun. Ia mengelilingi alun-alun tersebut dan mencoba untuk mendapatkan pengalaman yang tidak biasa.

Benar saja setelah lima belas menit berada di alun-alun tersebut ia mendengar suara tangisan seorang wanita, namun ia tidak melihat sosok orang yang menangis. Suara tangisan tersebut pun menghilang, namun kemudian tercium bau bangkai dan amis dari tengah alun-alun dan tidak terlihat sosok apapun. Ketika hendra di tengah alun-alun tanpa sebab lututnya terasa lemas dan hendra pun akhirnya membungkuk di lantai, iwan pun heran dan menanyakan “kamu kenapa dra?”, hendra menjawab “ga tau kenapa nih..”. Kemudian hendra melihat sesuatu yang menggelinding ke arahnya, hendra dan iwan bertanya-tanya bola apa yang menggelinding. Namun terkejutnya mereka berdua ketika mengetahui ternyata itu adalah kepala manusia, Iwan pun lari terbirit-terbirit, namun hendra tidak bisa bergerak karena masih lemas kakinya.

Ketika kepala tersebut sampai ke dekat hendra tiba-tiba menghilang. Iwan pun akhirnya kembali lagi mendekati hendra yang ternyata sedang tidak sadarkan diri, kemudian ia pun meminta bantuan orang sekitarnya, dan ada warga yang membantu satu orang yang bernama pak didin. Mereka berdua pun membawanya ke rumah pak didin yang tidak jauh dari alun-alun museum. Setelah sampai di kediaman, pak didin memberikan cara meredam emosi kepada iwan agar lebih tenang, setelah itu iwan pun menjelaskan alasannya mengapa ada di alun-alun museum fatahilah. Pak didin pun akhirnya menceritakan riwayat alun-alun museum tersebut dahulu adalah tempat pembantaian warga etnis cina, dimana kurang lebih lima ratus orang cina dibunuh dan dibantai dengan keji. Iwan pun akhirnya menceritakan kisah tersebut pada hendra yang baru sadar dari pingsannya.

Bunyi Lonceng yang Menakutkan

Sinta merupakan siswa sekolah menengah atas yang sangat senang sekali dengan mata pelajaran sejarah karena membuatnya lebih mengenal negaranya sendiri. Suatu hari tepatnya di hari sabtu setelah pulang sekolah jam 16.00 sinta dan temannya dewi ingin berkunjung ke museum fatahillah yang dahulu dijadikan gedung pemerintahan belanda. Kebetulan ketika sampai disana museum belum tutup karena akan tutupnya jam 17.00. Sinta dan dewi pun menelusuri bagian dari museum sejarah fatahillah tersebut. Menjelang tutup museum dewi ternyata tidak tahan ingin buang air kecil dan meminta sinta untuk menemaninya ke toilet. Sesampainya di toilet dewi langsung menyelesaikan urusannya dan sinta pun hanya membasuh wajahnya dan menunggu dewi selesai. Dari luar toilet sinta mendengar suara lonceng, ia piker itu merupakan tanda museum akan segera tutup. Sinta pun memanggil dewi “apakah itu tanda lonceng museum akan tutup wi?”, kemudian dewi pun menjawab “wah ga tau juga sin, tapi aneh banget koq pake lonceng yah..”.

Setelah mereka berdua selesai dari toilet dan keluar mereka heran mengapa lorong ruangan seolah menjadi rame, “bukankah sudah akan tutup harusnya sepi” kata sinta sambil terus berjalan menuju pintu keluar. Mereka berdua masih heran mengapa banyak sekali orang-orang belanda dan memakai pakaian belanda sampai ke noni belanda juga ada. Sinta pun bertanya kepada dewi “kita lagi mimpi yah wi? Koq kaya lagi di zaman pemerintahan belanda yah,bukannya kita lagi di museum?’, Kemudian dewi menjawab “ga tau juga nih sin bingung, apa kita nyasar yah?’. Sinta dan dewi pun menghampiri penjaga gedung yang berpenampilan seperti tentara belanda. Ketika mereka berdua bertanya kepada penjaga tersebut, ia tidak menghiraukan seolah mereka berdua tidak ada. Kemudian terdengar lonceng berbunyi tiga kali dari dalam ruangan, sinta dan dewi pun mendekatinya ternyata itu adalah ruangan persidangan dimana mereka berdua melihat seorang tahanan didalam sedang diberikan putusan eksekusi mati dengan ditandai bunyi lonceng tersebut. Tahanan tersebut pun akhirnya dieksekusi dan dipenggal kepalanya. Sinta dan dewi pun terkejut dan langsung melarikan diri ke arah toilet.

Setelah masuk ke toilet ia berharap dapat kembali ke waktu mereka berdua sedang di museum. Sambil memejamkan mata dan berdoa berharap semuanya kembali normal, kemudian terdengar ada suara yang mengetuk pintu. Sinta dan dewi pun panik khawatir orang-orang belanda tersebut akan mengejarnya, ternyata terdengar seseorang bertanya “halo ada orang didalam, museum mau tutup segera keluar yah”. Ternyata suara tersebut adalah penjaga gedung museum yang memastikan tidak ada lagi pengunjung di dalam. Sinta dan dewi pun segera keluar toilet dan langsung menceritakan yang dialaminya ke penjaga gedung tersebut.

Pak toni yang sudah cukup lama menjadi penjaga gedung pun akhirnya menjelaskan bahwa mereka berdua sudah melalui perjalanan waktu ke masa lampau yang mengambarkan riwayat gedung museum ini, Pak toni pun membenarkan bahwa suara lonceng yang kadang terdengar tersebut, merupakan tanda-tanda orang akan meninggal karena di eksekusi di masa pemerintahan belanda dulu. Oleh karenanya disarankan pada pengunjung agar tidak melamun, maka sinta dan dewi pun mengangguk dan ijin pulang ke rumah. Waktu menjelang maghrib sinta dan dewi pun menyadari kedatangan mereka cukup sore dan akan menjelang malam, peristiwa yang dialaminya pun menjadi pelajaran berharga bagi mereka berdua.

Ruangan Angker di bawah tanah

Husein yang merupakan salah satu anggota komunitas anak kereta ini memiliki hobi berkumpul bersama teman-temannya di stasiun kota Jakarta pusat. Husein yang aktif di organisasi kesiswaan di sekolahnya memiliki sifat yang pemberani dan suka dengan tantangan. Suatu waktu Husein diajak sahabatnya imron untuk berkunjung ke museum fatahillah dimana di bagian bawah museum ada ruangan yang cukup angker. Husein yang orangnya serba ingin tahu pun tidak menolaknya. Sesampainya di museum ia pun menyusuri setiap bagian ruangan yang menyimpan koleksi benda-benda bersejarah zaman pemerintahan belanda. Setelah satu jam dari pukul 15.00 mereka berdua sampai husein pun bertanya pada imron “mana ruangan yang kata kamu angker imron, udah mulai jenuh nih..”. Imron pun menjawab “ada nih ruangan di bawah tanah museum ini, katanya sih dulu itu ruangan penjara tahanan belanda”. Kemudian husein pun berkata “ya udah kesana yuk jenuh nih”, imron menjawab “iya tau tapi jangan sampai ketahuan penjaga gedung soalnya ga boleh masuk sembarangan kesana” .

Akhirnya mereka berdua pun menuruni tangga menuju ruangan bawah tanah museum, kebetulan disana ada pintu jeruji besi seperti penjara yang sedang tidak dikunci karena bagian cleaning service sedang membersihkannya. Mereka berdua pun menunggu cleaning service tersebut pergi. !5 menit kemudian ketika cleaning service ingin mengambil sapu, husein dan imron pun masuk ke ruangan tersebut yang ternyata cukup lembab dan dingin. Mereka menyusuri lorong dan melewati ruangan-ruangan kamar penjara dan melihat ada rani yang dahulu digunakan untuk mengikat tangan dan kaki tahanannya. Tidak lama kemudian muncul bau amis seperti darah, husein pun berkata “wah bau amis apaan nih, padahal ruangan kosong begini”, kemudian imron menjawab “wah koq bulu kuduk jadi merinding gini yah..”. mereka berdua masih tetap menyusuri ruangan, kemudian terdengar suara pintu jeruji yang tertutup. Mereka berdua pun terkejut, apakah cleaning service itu sudah mengunci ruangan bawah tanah ini. Mereka berdua pun bergegas menuju pintu dan ternyata benar sudah tertutup dan terkunci.

Mereka bingung harus bagaimana, tiba-tiba muncul suara tertawa anak-anak. Husein yang berani pun mulai ketakutan, “ wah harus gimana nih ron?” kata husein. Imron pun menjawab “wah ga tau juga, kita teriak aja deh minta tolong”. Mereka berdua pun berteriak “tolong..tolong..buka pintunya”, namun tidak ada yang mendengar. Kemudian sosok bayangan hitam yang berjalan merayap dengan bunyi kerincing rantai diseret mendekati mereka berdua.

Husein dan imron pun ketakutan bukan main hingga memejamkan mata dan meminta tolong kembali. Kemudian ada tangan yang memegang pundak mereka berdua, Husein berteriak “tolong jangan sakiti kami, jangan cekik kami”, kemudian pemilik tangan tersebut berkata “hei kalian sedang apa berdua disini?” ternyata itu tangan cleaning service tadi. Mereka berdua pun minta maaf karena sudah lancang berani keruangan ini, dan menjelaskan pada pak ajum cleaning service yang sudah lama bekerja di museum tersebut. Pa ajum pun memberikan cara menenangkan hati dan pikiran dengan membenarkan bahwa, di ruangan penjara bawah tanah ini memang angker, namun dan bagi pengunjung memang dilarang ke tempat ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka berdua pun keluar ruangan penjara bawah tanah tersebut melalui pintu yang dikira dikunci tersebut dan pulang.

Dari beberapa kisah cerita hantu di museum fatahilah, menunjukkan bahwa di tempat-tempat bersejarah yang dulunya digunakan sebagai tempat aktivitas pemerintahan, memiliki penghuni sosok ghaib yang tinggal di dalamnya. Umumnya sosok tersebut adalah korban yang meninggal dunia tidak wajar di tempat bersejarah tersebut sehingga arwahnya penasaran.

You may also like