Pernikahan adalah salah satu hal yang dilakukan sepasang kekasih untuk meresmikan hubungan mereka secara agama dan negara. Dalam sebuah hubungan, pertengkaran adalah yang biasa terjadi. Akan tetapi, dalam sebuah pernikahan, terkadang akhir dari sebuah pertengkaran adalah perceraian. Perceraian adalah sebuah kegiatan, dimana pasangan suami istri memutuskan hubungan pernikahan mereka, baik secara agama ataupun negara. Banyak pasangan suami istri yang melihat perceraian, sebagai solusi dari masalah rumah tangga mereka. Penyebab perceraian suami istri sangat banyak, dan dapat muncul melaui alasan apapun. Hanya saja, terkadang pasangan suami istri lupa, bahwa banyak dampak yang dapat ditimbulkan dari perceraian.
Sebelum membahas akibat perceraian pada anak secara khusus, ada baiknya kita melihat dahulu, akibat perceraian yang dialami keluarga. Keluarga dalam hal ini keluarga besar kedua belah pihak. Sudah bukan rahasia umum, terkadang perceraian menimbulkan konflik antara kedua orang tua atau saudara. Saling menghujat dan mensalahkan, menyebabkan keretakan hubungan antara dua keluarga. Selain itu, perceraian juga mengakibatkan putusnya tali silahturahmi antara dua keluarga. Hal ini diakibatkan dari sikap keluarga yang berusaha membela salah satu anggota keluarga mereka yang bercerai. Walau jarang, perceraian juga dapat berbuntut pada masing- masing keluarga saling menuntut satu sama lain. Dan hal ini akan menambah biaya pengadilan, pengacara, serta waktu.
Sedangkan dampak yang paling berbahaya, adalah dampak yang akan di alami anak. Perceraian tidak hanya memecah belah sebuah keluarga. Tapi juga dapat menghancurkan seorang. Walau sangat jarang ada anak yang dapat menerima perceraian kedua orang tuanya dengan dewasa, seperti anak dari Deddy Corbuzier. Banyak dampak yang dapat ditimbukan dari perceraian, terutama kepada anak. Berikut ini 8 akibat perceraian kepada anak yang berhasil kamu rangkum:
1. Depresi
Depresi adalah salah satu gangguan psikologis yang dapat terjadi pada anak, jika kedua orangtua memilih bercerai. Depresi dapat terjadi, akibat si anak melihat konflik dari kedua orang tua pasca berceraian. Untuk anak laki- laki dan perempuan, depresi yang terjadi dapat berbeda. Pada anak laki- laki, saat orangtua bercerai, mereka cenderung lebih emosi, sedangkan perempuan, lebih memilih memedam dan menutup rapat- rapat hatinya, sehingga luka batin dan depresi pada anak permpuan seperti bom waktu yang siap meledak.
2. Stress Karena Dipaksa untuk Memilih
Banyak orang tua yang memaksa anaknya untuk memilih, ikut dengan si ibu atau si ayah. Menekan anak untuk memilih adalah hal paling egois dari orang tua. Si anak akan stress jika di paksa untuk memilih. Karena orang tua, bagi anak adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Masing- masing orang tua, memiliki fungsi masing- masing di dalam keluarga. Ayah memiliki peran dalam keluarga sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Sedangkan peran ibu dalam keluarga adalah merawat keluarga serta menjadi penopang bagi ayah.
3. Nilai Akademik Menurun
Stress dan depresi yang di alami anak, pasti berdampak pada nilai akademisnya. Anak yang stress tidak akan mampu belajar dan menyerap ilmu selama berada di sekolah. Seorang anak dapat belajar dengan sangat baik, jika dia hidup dalam lingkungan yang bebas tekanan. Tekanan akibat perceraian orang tua, justru menyebabkan anak sulit berkonsentrasi dalam belajar. Dan pada akhirnya menurunkan nilai akademiknya.
4. Anti Sosial
Seorang anak yang dibesarkan dari lingkungan yang tidak harmonis, dapat memiliki kecenderungan anti sosial. Orang tua yang selalu bertengkar di depan anak, dapat membuat si anak belajar, bahwa tidak ada yang harmonis di dunia ini. Anak akan cenderung menutup diri dari dunia luar. Hal ini akan menjadi lebih parah jika orang tua si anak memutuskan untuk bercerai, bahkan dengan cara yang tidak baik.
Maka anak tersebut semakin susah untuk bersosialisasi. Saat bertengkar di depan anak, orang tua tidak sadar bahwa mereka sedang mengajarkan betapa buruknya dunia ini. Selain itu, saat orang tua bercerai, dan anak menjadi bahan rebutan, maka pelajaran anak mengenai bagaimana bersosialisai yang baik akan semakin hilang. Karena orang tua akan saling menjatuhkan satu sama lain.
5. Emosi yang Susah Dikontrol
Anak yang hidup dalam lingkungan yang tidak harmonis juga memiliki kecenderungan sulit untuk mengontrol emosi. Orang tua yang bertengkar di depan anak, akan saling memaki dan berteriak. Hal ini menjadi penyebab anak berbicara kasar seperti kedua orang tuanya. Orang tua yang bercerai, otomatis akan pisah rumah. Jika salah satu orang tua tidak mengijinkan anaknya untuk menemui orang tuanya yang lain, maka hidup anak tersebut tidak lengkap, sehingga pemahaman mengenai emosi juga akan rusak.
Hal ini dapat kita lihat dari contoh berikut: saat orang tua bercerai, dan anak di pegang oleh sang ayah, tanpa dijinkan bertemu dengan ibunya, maka anak tersebut cenderung menjadi anak yang manja, karena kurang kasih sayang ibu kandungnya.
6. Tidak Percaya Pada Suatu Hubungan
Anak yang besar dengan perceraian orang tuanya, akan belajar bahwa sebuah hubungan tidak dapat dipercaya. Cinta itu tidak ada, karena apa yang dilihat si anak adalah pertengkaran dan percerain saja. Hal ini membuat anak sulit menjalani sebuah hubungan serius dengan seseorang. Anak akan menjadi trauma dengan pertengkaran, sehingga ia mudah mengatakan putus hanya karena pertengkaran sepele. Perceraian juga dapat membuat si anak trauma untuk berumah tangga, dan memilih melajang seumur hidup.
7. Pergaulan Bebas
Orang tua yang bercerai dengan tidak baik- baik, akan membuat si anak menjadi lepas kontrol. Karena saat pra perceraian dan pasca perceraian, orang tua cenderung hanya memikirkan ego mereka, dan lupa dalam pengawasan si anak. Padahal salah satu peran orang tua adalah mendidik anak. Anak yang tidak diijinkan bertemu dengan orang tua kandungnya pasca bercerai, akan lebih sering memberontak. Akibat dari kekangan yang ia dapatkan. Perceraian juga membuat si anak lebih mudah terhasut oleh teman- teman yang salah. Karena, anak cenderung mencari kasih sayang yang tidak ia dapatkan diluar, sehingga anak terjebak dalam pergaulan bebas.
8. Menular Pada Pernikahan Si Anak Kelak
Sudah bukan rahasia umum lagi, apa yang orang tua lakukan akan ditiru oleh si anak. Perceraian orang tua dapat menjadi rujukan si anak saat bertengkar dengan pasangannya. Hal ini dapat membuat si anak memakai perceraian sebagai langkah jika tidak ditemukan kecocokan. Akhinya tidak hanya anak orang tua tersebut yang mengalami dampak, akan tetapi akan merembet ke cucu- cucu mereka juga.
Dalam sebuah hubungan, telebih hubungan rumah tangga, pasti ditemukan ketidak cocokan. Akan tetapi, jika hanya ego orang tua yang bermain, maka perceraian menjadi solusi, dan membuat si anak yang mendapatkan dampaknya. Sebagai orang tua, patutlah kita belajar dan memahami, bahwa perceraian bukanlah solusi mutlak dari setiap masalah di rumah tangga. Melainkan bagaimana cara menghadapi masalah dengan sabar, dan berpikiran terbuka. Semoga artikel ini dapat membantu para orang tua berpikir dua kali untuk bercerai.