Psikologi anak korban perceraian akan terguncang karena kehilangan kasih sayang yang utuh sehingga membuat anak seringkali memiliki emosi yang tidak stabil. Psikologi pasangan maupun anak akan sama – sama terguncang. Hati anak di dalam lubuk terdalam akan merasa bingung, stres, dan sangat sedih. Orang tua harus memikirkan jalan tebaik agar anak dapat kembali distabilkan psikologinya.
Panyebab perceraian suami istri akan berpengaruh pada masa depan anak. Masa depan anak sangat membutuhkan peran besar dari orang tua dalam mendampingi dan mendidik setiap masa perubahan serta perkembangan. Anak yang kehilangan akan peran orang tua akan merasa terkucilkan dan seringkali menyalahkan dirinya sendiri. Anak juga bisa saja kehilangan jati dirinya. Berikut adalah beberapa psikologi pada anak yang menjadi korban perceraian.
1. Jiwa Anak Membutuhkan Peran Orang Tua Lengkap.
Psikologi anak korban perceraian adalah membutuhkan kasih sayang dari orang tua yang lengkap. Peran seorang suami sebagai ayah sangat berbeda dengan peran istri sebagai ibu. Keduanya sangat dibutuhkan oleh anak untuk mendapatkan kestabilan mental dalam berkembang. Anak juga membutuhkan sosok yang akan menjadi keseimbangan dalam penurunan sifat serta dalam menghadapi masalah. Anak membutuhkan ayah untuk melatih keberanian, ketangkasan dan lain – lain. Anak juga membutuhkan ibu untuk melatih kelembutan, kebersahajaan, pengorbanan dan lain – lain.
Kombinasi peran ayah dan ibu akan membuat anak tumbuh menjadi sosok yang hebat. Jika keduanya tidak kompak maka anak akan merasakan dampak pereraian terhadap anak kemudian kehilangan masa untuk tumbuh dengan baik. Bagi orang tua yang bercerai sebaiknya mencari solusi terbaik agar anak tidak merasa kehilangan keduanya. Jangan sampai emosi dan kesedihan suami istri melupakan kebutuhan emosional anak yang jauh lebih tertekan.
2. Dukungan Bebas dari Rasa Bersalah
Psikologi anak korban perceraian adalah membutuhkan dukungan untuk terbebas dari perasaan yang bersalah. Banyak kasus ditemukan anak merasa bersalah karena orang tua bercerai. Anak seringkali menganggap dirinya sebagai penyebab ayah dan ibu berpisah. Tugas orang tua adalah meyakinkan anak bahwa mereka bukanlah penyebab sebuah perpisahan.
Keegoisan dari suami dan istri sebaiknya ditekan terutama soal hak asuh anak dalam perceraian untuk memberikan pengertian kepada anak bahwa orang tua mereka tidak pernah menyalahkan anak. Sikap orang tua tetap kompak di depan anak – anak untuk menenangkan anak bahwa semuanya baik – baik saja.
3. Kebutuhan akan Kepemilikan atas Keluarga
Psikologi anak korban perceraian membuat anak merasa kehilangan akan kepemilikan keluarga. Anak seringkali merasa sudah tidak memiliki sosok ibu dan sosok ayah. Cara mengatasi perceraian di awal perkawinan yakni jangan membuat mereka sering melamun dan merasa hidup sendiri. Mereka akan mempertanyakan mengapa ayah atau ibu tidak tinggal di rumah bersamanya. Mereka akan mempertanyakan apakah karena mereka pernah nakal. Solusi terbaik adalah mengasuh anak anda secara bergiliran satu dengan yang lain. Tunjukkan di hadapan anak bahwa ibu dan ayah mereka saling mendukung dan baik saja.
4. Kebutuhan Tubuh Sebagai Anak-Anak
Jangan memakasa anak untuk tumbuh dewasa. Anak dibiarkan mengetahui apa yang seharusnya dia ketahui. Jangan memaksa mental mereka untuk mengatahui luka dan berbagai kesedihan yang dirasakan orang tua. Tunjukkan pada mereka jika orang tua baik – baik saja. Orang tua harus memiliki jiwa yang lebih kokoh dari anak. Orang tua sebaiknya mencegah perceraian dengan cara mengetahui penyebab perceraian di Indonesia.