Salah satu kenakalan anak zaman sekarang yang memprihatinkan adalah pembulian. Pembulian adalah tindakan semena-mena atau agresif kepada seseorang yang dianggap lemah oleh orang yang merasa paling berkuasa di suatu tempat. Pelaku buli ini biasanya dilakukan oleh satu orang atau beberapa kelompok.
Kasus pembulian sendiri kebanyakan terjadi dilingkungan sekolah, Baik itu di tingkat SD, SMP, maupun SMA. Bentuk pembulian sendiri bermacam-macam. Ada pembulian secara fisik maupun psikis. Contoh pembulian secara fisik sendiri seperti memukul, menendang, dan tindakan lainnya yang melibatkan kontak fisik. Sedangkan contoh pembulian secara psikis seperti ejekan, caci maki, dan sejenisnya.
Memang tidak menutup kemungkinan kasus pembulian terjadi juga di lingkungan prasekolah atau di tingkat mahasiswa dan karyawan. Akan tetapi, kasus pembulian yang marak terjadi rata-rata berada di lingkungan sekolah seperti yang di ungkapkan di atas. Sebernarnya, apa penyebab pembulian itu sendiri bisa terjadi? Berikut 8 penyebab pembulian sering terjadi di lingkungan sekolah.
1. Merasa paling berkuasa
Anak yang berada dalam masa pubertas terutama anak laki-laki butuh pengakuan kalau adalah anak yang kuat, hebat, berkuasa, dan semacamnya. Nah, cara agar dia bisa diakui kehebatannya di depan teman-temannya adalah dengan membuli anak yang menurutnya paling “lemah” . Dengan begitu, si pembuli merasa diakui kehebatannya di mata teman-temannya.
2. Ikut-ikutan
Sebenarnya dia hanya menonton saja kejadian pembulian itu, akan tetapi pada akhirnya dia ikut-ikutan juga membuli. Buat yang ikut-ikutan ini merasa tindakan tersebut dianggap “hiburan”. Padahal, tindakan tersebut bisa berdampak buruk untuk korban pembulian. Jika mereka melakukan hal seperti itu, maka mereka termasuk ciri-ciri teman munafik dan ciri-ciri teman yang tidak setia.
3. Ingin diperhatikan
Hampir sama dengan poin pertama, karena merasa ingin dianggap di depan teman-temannya, dia melakukan tindakan pembulian. Apalagi, jika pembulian yang dlakukannya sukses membuat orang lain tertawa, maka dia akan terus mengulangi pembulian tersebut. Orang-orang yang seperti ini tidak jauh dengan ciri-ciri anak alay.
4. Pernah jadi korban kekerasan
Pelaku pembulian juga bisa jadi pernah menjadi korban kekerasan. Karena dia ga bisa membalas dendam, dia melampiaskannya pada orang yang dianggapnya lemah. Oleh sebab itu, selama dendamnya tidak terbalaskan, maka dia akan terus mencari orang yang dianggapnya lemah untuk membulinya.
5. Pola asuh di dalam keluarga
Pola asuh di dalam keluarga juga memengaruhi pendidikan karakter anak itu sendiri. Pembulian sendiri adalah pengembangan dari sifat anak yang hiperaktif. Jika anak hiperaktif tidak dididik secara benar, maka dia akan terjerumus ke dalam pergaulan yang salah.
Selain karena faktor hiperaktif, pembulian juga terjadi karena dampak broken home terhadap anak. Keluarga yang tidak harmonis, orang tua yang lebih sering bertengkar juga dapat memengaruhi psikologi anak sendiri. Oleh sebab itu tidak hanya mempelajari cara mendidik anak yang baik, tetapi juga harus mempelajari cara menjadi orang tua yang baik bagi anak.
6. Pengaruh Media
Tidak bisa dipungkiri jika perkembangan media di zaman sekarang sudah semakin maju. Bagaikan dua mata pisau, kemajuan teknologi bisa bermanfaat dan juga bisa menjerumuskan ke hal-hal yang negatif. Bahkan, hal-hal yang berhubungan dengan kekerasan pun dapat dengan mudah ditemukan di dalam internet. Padahal, orang yang melihatnya tidak hanya dewasa, anak-anak pun juga bisa mengaksesnya dengan sangat mudah. Hal tersebut membuat anak-anak menirukan kekerasan tersebut sehingga menanamkan benih-benih pembulian. Selain itu, pengaruh media negatif yang kuat menjadikan penyebab anak nakal dan penyebab anak berbicara kasar dilingkungannya.
7. Sering melakukan perkelahian
Ciri anak yang agresif adalah anak tersebut sering ataupun pernah berkelahi. Hal ini juga tidak terlepas dari lingkungannya. Semakin sering anak melihat perkelahian di lingkungannya, maka dia akan semakin sering untuk berkelahi. Selain itu, anak yang sering berkelahi juga mempunyai alasan yang sama dengan poin pertama, dianggap paling kuat, paling berkuasa, dan semacamnya.
8. Faktor pubertas dan pencarian jati diri
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Usia remaja adalah masa-masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Purbetas sendiri merupakan hal yang alamiah dialami setiap remaja. Selain itu, di usia remaja juga, anak-anak masih mencari jati diri seperti apa saat dia dewasa nanti. Oleh sebab itu, dia akan melakukan apapun kegiatan positif maupun negatif agar memenuhi rasa penasarannya.
Itulah 8 penyebab pembulian sering terjadi di lingkungan sekolah. Kasus pembulian sendiri sudah termasuk ke dalam kasus yang serius. Oleh sebab itu jika kamu maupun teman kamu menjadi korban pembulian lakukan beberapa cara mengatasi pembulian berikut ini:
- Jika kamu adalah korban, segera melapor kepada guru atau orang tua.
- Jika kamu adalah teman korban, cepat bantu temanmu. Janganlah takut!
- Berdoalah kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bisa diberi kesabaran dalam menghadapi masalah
Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kamu semua.